Churi dan Kanon sedang tertawa-tawa mengobrol di tempat tidur, entah apa yang sedang mereka bicarakan. Airin memejamkan mata dengan earphone tergantung di telinganya. Sepertinya ia jatuh tertidur saat sedang mendengarkan musik.
Jurina mengarahkan pandangannya kembali pada kegelapan malam. Senang rasanya dapat melupakan semua beban yang melandanya, meskipun hanya sementara. Ia melirik ponselnya, mengecek jam yang tertera di layarnya. Sudah lewat tengah malam. Mungkin ia harus segera kembali ke kamarnya. Belakangan ini Rena tampak curiga padanya, dan pulang ke kamar yang mereka tempati bersama terlalu malam tentunya tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik.
Jurina menghisap kembali lintingannya yang telah nyaris terbakar habis, dalam-dalam. Tiba-tiba telinganya mendengar bunyi langkah kaki mendekat. Sepertinya tidak hanya langkah kaki satu orang--tapi asrama di larut malam biasanya telah sunyi dan sepi bagaikan tanpa kehidupan. Atau mungkin ada seseorang yang sedang merencanakan kejutan ulang tahun?
Mendadak, tanpa peringatan, gagang pintu kamar berayun kasar--namun tidak terbuka karena Airin telah menguncinya sebelum mereka mulai berpesta. Jurina merasakan jantungnya berdegup lebih cepat karena gugup. Ada apa ini? Ia melirik ke arah Kanon dan Churi. Wajah mereka pun menegang, sama paniknya seperti Jurina. Airin menggaruk-garuk pipi, terbangun dari tidurnya dan mendapati ketiga temannya membeku dengan wajah pasi.
Siapapun yang sedang berusaha membuka pintu kamar mereka memiliki kunci cadangan, dan pada detik berikutnya pintu kamar telah berdebam terbuka. Semua berlangsung begitu cepat, dan hal berikutnya yang Jurina sadari adalah Nona Mieko, pengawas asrama, yang berdiri di hadapannya dengan geram.
"Ganja! Berani-beraninya kalian berpesta ganja di asrama kampus!" Tanpa menunggu jawaban Jurina, Nona Mieko meraih pergelangan tangannya dan menyeret Jurina. Jurina hampir saja terjatuh dari ambang jendela, namun Nona Mieko tidak peduli dan malah mempererat cengkeramannya. Jurina meringis kesakitan, terseret-seret ia berusaha mengikuti langkah panjang Nona Mieko. Dari sudut matanya ia bisa melihat Kanon, Churi, dan Airin diseret keluar dari kamar pula, namun oleh beberapa pria berseragam biru.
Berseragam biru! Mata Jurina melebar saat menyadari orang-orang yang menyeret temannya berasal dari Unit Keamanan Kampus, yang berarti mereka berada dalam masalah besar dan terancam di-drop out. Nona Mieko menyeret Jurina keluar asrama menyeberangi taman, sama sekali tidak peduli pada Jurina yang tidak beralas kaki. Batu-batu kerikil kecil menghujam telapak kaki Jurina yang telanjang, menyebarkan rasa sakit ke seluruh tubuhnya, namun Jurina hanya bisa mengernyit.
Nona Mieko membawa Jurina dan ketiga temannya ke kantor pengawas asrama, siap untuk diinterogasi malam itu juga. Saat mereka sudah mendekati kantor, Jurina menangkap bayangan seseorang yang berdiri di depan kantor. Rena? Kenapa dia ada di sini?
Rena menengadah dan mencari mata Jurina saat ia mendekat. "Jurina," panggilnya lirih. "Kamu tahu kan, aku peduli padamu?" Suara Rena tidak lebih dari bisikan, namun Jurina dapat mendengarnya dengan jelas. Apa? Apa yang sebenarnya terjadi?
"Terima kasih, Rena. Sekarang, kembalilah ke asrama," perintah Nona Mieko tanpa melambatkan langkahnya. Tunggu. Mustahil. Apa mungkin...
Rena menggangguk, dan menatap Jurina dengan pandangan kosong. "Re..." Jurina tidak berhasil menyelesaikan kata-katanya, karena Nona Mieko telah mendorongnya memasuki kantor. Tidak mungkin.
Belakangan ini Rena memang telah curiga padanya, karena ia seringkali kembali ke kamar mereka dalam keadaan gembira--mungkin terlalu gembira. Yang tentunya menjadi sedikit ganjil mengingat beban mental Jurina yang seringkali membuatnya depresi selama berhari-hari, namun mendadak ia menjadi sangat periang dalam satu malam. Dan kembali menjadi seperti biasa di pagi harinya.
Rena bisa saja curiga padanya. Mungkin ia malah telah mengetahui kebenarannya. Tapi mengapa Rena tidak pernah mencoba bicara padanya sebelumnya? Rena tidak mungkin melaporkannya pada pengawas asrama begitu saja, kan? Rena tentu saja tidak begitu, kan?
Rena membuka pintu kamarnya, lalu menyalakan lampu. Kamar yang ditempatinya bersama Jurina itu mendadak terasa begitu kosong. Ia mendesah panjang.
"Aku melakukannya karena aku peduli padamu, Jurina. Kamu mengerti, kan?"
__________________________________________________
Cast
Saito Mieko - Matsui Jurina - Matsui Rena
Takayanagi Akane - Kimoto Kanon - Furukawa Airi
Rena peduli apa maksudnya??
BalasHapusTuh kan kakak berani ngambil setting pesta ganja
Maaf yaa baru sempet bales ^^
HapusRena peduli sama Juju, nggak pingin dia keterusan jadi segera dilaporin aja. Btw emang ada apa dengan pesta ganja? :3
Kak, kakak ini penulis ya? Caranya nulisnya di cerita ini bagus banget, di review-review kakak juga >< Sering-sering bikin ginian dong kak :3
BalasHapusAamiin~ semoga bisa jadi penulis beneran :D
HapusSeneng nulis sih, tapi gampang bosen jadi nyaris nggak pernah berhasil nulis banyak sampe ceritanya selesai >,<
Nanti rencananya sih mau bikin one-shot dari berbagai MV, doain semoga bisa bener-bener terealisasi yaa~~ ^^